Demi Masa

Minggu, 06 November 2011

Ied mubarak





untuk semua temanku yang merayakannya


HAPPY IED MUBARAK!!
*kambingnya bapak saya sudah di piring

Sabtu, 05 November 2011

You

entah tak ingin berbasa- basi lagi..


tapi kau berbeda sekarang

dan aku (sangat) marah dengan perubahan ini..

ingin kuteriakkan pada dunia..


mengapa??

Selasa, 06 September 2011

My picture

hi..hi..hi.. bisa juga ternyata..
walo nggak sebagus yang di bayangin sih..
latian duluu..

Senin, 29 Agustus 2011

For You


untukmu yang slalu kusebut namanya di penghujung do'a

untukmu yang menjadi penyemangatku.

untukmu yang selama ini tlah mau jadi tempat sampah, mendengar keluh kesah diriku akan dunia ini.

untukmu yang aku mau membuka hati untuk dirimu.

M.I.S

Jumat, 26 Agustus 2011

Untukmu Teman yang kupanggil sahabat




Di sini kita pernah bertemu

Mencari warna seindah pelangi

Ketika kau menghulurkan tanganmu

Membawaku ke daerah yang baru

Dan hidupku kini ceria

hei!

saya sedang semangat kawan,
melihat teman kita yang tlah kita anggap saudara berkembang, menuju dunia baru.
meskipun saya juga sedang mencoba berkembang dengan jalan saya sendiri,
tapi..
melihat teman kita berkembang selayaknya kita ikut bangga.
ya..
teman ato lebih enak saya menyebutnya sahabat yang membantu kita saat suka maupun duka.
memberi nasihat kala hati tak menentu.
ya..
sahabat yang mencintai diri kita apa adanya, yang slalu memberi semangat dalam kebersamaan.

ya!

kalian yang tlah memberi warna seindah pelangi di hatiku.
kali ini saya persembahkan tulisan ini teruntuk kalian


pembaharu pertiwi

Kamis, 25 Agustus 2011

Terima kasih, Alloh..





Hei!

kangen sama ni blog.
masih inget postingan kemaren?
disitu saya menumpahkan segala gundah di hati *ceile basa gw

tapi...

sekarang saya sudah bisa nerima kok,
sudah rela kalo ini memang jalanku..
Alloh bener- bener memberikan sesuatu yang tak terduga.
yang dulu waktu pertama kali mendapatkannya nyesek abis.
yang ketika mengingatnya, rasanya pengen nangis.

tapi..

akhirnya aku sadar kalo itu YANG TERBAIK buatku, buat masa depanku.

Syukron ya Alloh, atas semua nikmat yang engkau beri..
atas semua teman, saudara yang Engkau kirim,
atas semua harapan dan impian yang tlah kembali..

sekali lagi..

TERIMA KASIH ALLOH

Rabu, 25 Mei 2011

.L . A . B . I . L .

hei.

kangen sama ni blog,

oke.
hari- hari yang melelahkan, penuh perjuangan dan agak berkurang, walau sebenarnya pejuangan baru akan di mulai..
tapi bolehlah untuk sedikit beristirahat.
mengistirahatkan otakku,
membiarkan jari- jariku menari-nari diatas keyboard yang berdebu.

.
teman, ku ingin bercerita sedikit kegalauanku akan masa depanku.

setelah kemaren. seminggu mengurung di kamar, ndak keluar rumah, menangis. merenung. melamun. memikirkan. didepan komputer. berbicara dari hati ke hati dengan bapak.

tapi hasilnya tetap sama.

TIDAK BOLEH IKUT.

mungkin ada yang bertanya,

tak boleh ikut apa??

tak boleh ikut Snmptn.
aku harus mengubur semua cita-citaku..
impianku..

hanya disini..
melihat kawan- kawanku yang lain.
yang lebih beruntung dariku.

tapi..
sekarang,
mulai hari ini aku sadar..
hanya merenungi nasib nggak akan mengubah keadaan.
oke, aku boleh merenungi nasib jika aku berbuat dosa.
tapi nggak boleh menyerah akan nasib..

banyak orang yang sukses tanpa mengecap bangku kuliah..
aku bisa meraih mimpi di jalur yang lain..

bismillah. AKU BISA.

Selasa, 26 April 2011

. while I'm waiting.


I’m waiting

I’m waiting on You, Lord

And I am hopeful

I’m waiting on You, Lord

Though it is painful

But patiently, I will wait

John Waller – While I’m Waiting

ya..

saya sedang menanti..

menanti hasil UN saya maupun Jalur Undangan..

dan saya masih dan harus percaya kalo Allah bener - bener bakal ngasih yang terbaik bagiku maupun masa depanku..

menanti memang tak mudah kawan.

deg-degan, khawatir, seneng. sedih, berharap campur aduk jadi satu.

dan itu bener - bener nggak enak.


tapi saya beruntung..

ada kawan- kawan saya yang begitu hebat.

yang selalu menyemangati saya untuk selalu percaya bahwan penantian ini nggak akan sia2..

dan doa saya kali ini

Allah..

hamba berharap

apa yang hamba lakukan,

yang hamba kerjakan bermanfaat

apa yang hamba percayai.. benar adanya.


Allah

hamba yakin apa yang Engkau gariskan itu memang yang terbaik bagi hamba.

dan Engkau Allah.. tak kan pernah menyia-nyiakan hambaMu ini..

Allah

hamba berharap engkau kabulkan do'a hamba..


Amin.



Minggu, 27 Maret 2011

share cerpen..


Assalamu'alaikum.. LULUS!!! kali ini saya mau share @ cerpen punyanya asma nadia.. tanpa ba bi bu be maupun bo
cekidot..

Bismillahirrohmanirrohim..

Cerpen by : Asma Nadia, dari Sabili No. 01 Th X Juli 2002

“Menikah ?”

“Ya..”

“Tentu”, jawab Ayesha tanpa ragu.

“Pertimbangkan dulu. Jangan cepat ambil keputusan.” Bibinya berkata benar. Ayesha sedikit tersipu, tangannya membenahi abaya yang dipakainya dengan rikuh.

“Dengan siapa, Ammah ?”

Wajah lembut itu tiba-tiba mengeras. Kedua matanya mendadak meyembung. Mungkin karena air mata yang siap turun, entah kenapa. Luapan bahagiakah, karena keponakannya yang diurus sejak kecil ini akhirnya ada yang meminang ? Ayesha menunggu jawaban dari ammahnya. Tapi beberapa kejap hanya dilalui gelombang senyap.

“Ammah….dengan siapa ?”

Pandangan tajam wanita berumur itu menembus bola mata Ayesha. Seperti menimbang-nimbang kesiapan keponakan yang dicintainya itu, menikah. Ayesha membalas pandang, lebih karena ia tak mengerti kenapa pernikahan, kalau memang itu yang akan terjadi padanya, tak disambut ammah dengan riang, seperti pernikahan pada umumnya.

“Dengan Ayyash !”

Ayyash ?

Ammah mengangguk. Wajahnya pucat, namun terkesan lega. Biarlah…..biarlah Ayesha yang memutuskan….ini hidupnya.

Suara hati wanita itu bicara.

Di depannya tubuh Ayesha seperti kaku. Seolah tak percaya. Senang, tapi juga tahu apa yang akan dihadapinya. Berita itu mungkin benar. Yang jadi pertanyaan, siapakah dia ? “Kau pikirkan dulu, ya ? Ia memberi waktu sampai tiga hari. Katanya lebih cepat lebih baik.” Ayesha masih tak bergerak. Pandangannya menembus jendela, meyisiri rumah- rumah di lingkungannya, dan debu tebal yang terembus di jalan.

Pernikahan….sungguh penantian semua gadis. Dengan Ayyash pula, siapa yang keberatan ? Tapi semua pun tahu, apa arti sebuah pernikahan di Palestina. Tantangan, perjuangan lain yang membutuhkan kesiapan lebih besar. Terutama bagi setiap gadis, yang menikahi pemuda pejuang macam Ayyash!

***

Dulu sekali, sewaktu kecil, ia tak memungkiri, kerap memperhatikan Ayyash dan teman-temannya dari balik kerudung yang biasa ditutupkan ke wajah, jika mereka kebetulan berpapasan. Mereka bertetangga. Begitulah Ayesha mengenal Ayyash, dan melihat bocah lelaki yang usianya lebih tua lima tahun darinya, tumbuh dewasa.

Ayah Ayyash salah satu pemegang pimpinan tertinggi di Hamas, sebelum tewas dalam aksi penyerangan markas tentara Israel. Ibunya, memimpin para wanita Palestina dalam berbagai kesempatan, mencegat, dan mengacaukan barisan tentara Yahudi, yang sedang melakukan pengejaran atas pejuang intifadah.

Mereka biasa muncul tiba-tiba dari balik tikungan yang sepi, atau memadat di pasar-pasar, dan menyulitkan pasukan Israel yang mencari penyusup. Bukan tanpa resiko, karena semua pun tahu, para tentara itu tak menaruh kasihan pada perempuan, atau anak-anak. Para perempuan yang bergabung, menyadari betul apa yang mereka hadapi. terkena tamparan atau tendangan, bahkan popor senapan, hingga tubuh mengucurkan darah, bahkan terlepas nyawa, adalah taruhannya.

Ayesha sejak lima tahun yang lalu, tak pernah meninggalkan satu kalipun aksi yang diadakan. Ia iri dengan para lelaki yang mendapat kesempatan lebih memegang senjata. Itu sebabnya gadis berkulit putih kemerahan itu, tak ingin kehilangan kesempatan jihadnya, sejak usia belia.

Tiga tahun lalu, ketika ibunda Ayyash syahid, dalam satu aksinya, setelah sebuah peluru mendarat di dahinya, mereka semua datang, juga Ayesha, untuk menyalatkan wanita pejuang itu. Pedihnya kehilangan ummi, Ayesha menyadari perasaan berduka yang bagaimanapun memang manusiawi. Begitu kagumnya ia melihat ketegaran Ayyash, mengatur semua prosesi, hingga tanah menutup dan memisahkannya dari ibunda tercinta. Tak ada sedu sedan, tak ada air mata. Hanya doa yang terucap tak putus. begitulah Ayyash menghadapi kehilangan abi, saudara-saudara lelakinya, adik perempuannya yang paling kecil, lalu terakhir ummi yang dikasihi. Begitu pula yang dipahami Ayesha, cara pejuang menghadapi kematian keluarga yang mereka cintai.

Dan kini, Ayesha dua puluh dua tahun. masih menyimpan pendar kekaguman dan simpati yang sama bagi Ayyash. Bocah lelaki bermata besar itu sudah menjelma menjadi lelaki gagah, dengan kulit merah kecoklatan, hidung bangir, dan mata setajam elang. Semangat perjuangan dan ketabahan lelaki itu sungguh luar biasa. Sewaktu kedua abangnya melakukan aksi bom bunuh diri, meledakkan gudang logistik Israel, ia hanya mengucapkan innalillahi, sebelum bangkit dan menggemakan Allahu Akbar, saat memasuki rumah, dan mengabarkan berita itu pada umminya.

Lalu ketika Fatimah, adiknya yang berpapasan dengan tentara, diperkosa, dan dibunuh sebelum dilemparkan ke jalan dengan tubuh tercabik-cabik. Ayyash masih setabah sebelumnya. Padahal siapapun tahu, cintanya pada Fatimah, bungsu di keluarga mereka.

Ayesha tak mengerti terbuat dari apa hati lelaki itu. Setelah semua kehilangan, tak ada dendam yang lalu membuatnya membabi buta atau meluapkan amarah dengan makian kotor. Ayyash menerima semua itu dengan keikhlasan luar biasa. Hanya matanya yang sesekali masih berkilat, saat ada yang menyebut nama adiknya. Di luar itu, hanya keshalihan, dan ketaatannya pada koordinasi gerak Hamas, yang kian bertambah. Begitu, dari hari ke hari.

***

Mereka berhadapan. Pertama kali dalam hidupnya ia bisa bebas menatap wajah lelaki itu dari jarak dekat. Ayyash yang tenang. Hanya bibirnya yang menyunggingkan senyum lebih sering, sejak ijab kabul diucapkan, meresmikan keberadaan keduanya.

Ayyash yang tenang dan hati Ayesha yang bergemuruh. Bukan saja karena kebahagiaan yang meluap-luap, tapi oleh sesuatu yang lain. Sebetulnya hal itu ingin disampaikannya pada lelaki yang kini telah menjadi suaminya.

Namun saat terbayang apa yang telah dihadapi Ayyash, dan senyum yang dilihatnya pertama kali begitu cerah. Batin Ayesha urung. Biarlah….nanti-nanti saja, atau tidak sama sekali, pikirnya. Ia tak mau ada yang merisaukan hati lelaki itu, terlebih karena waktu yang mereka miliki tak banyak. Bahkan sebentar sekali. Dua hari lalu, Ayyash sendiri yang meyampaikan kebenaran berita itu, niatan lelaki berusia dua puluh tujuh tahun, yang sudah selama dua pekan ini dibicarakan dari mulut ke mulut.

“Ayyash mencari istri ?”

“Ia akan menikah secepatnya, akhirnya “

“Tapi siapa yang akan menerima pernikahan berusia sehari semalam ?” Percakapan gadis-gadis di lingkungan mereka. Awalnya Ayesha tak mengerti.

“Kenapa sehari semalam ?”, tanyanya pada ammahnya.

“Sebab, lelaki itu sudah menentukan hari kematiannya, Ayesha. Kini tinggal sepekan lagi. Waktunya hampir habis.” Ayesha ingat ia tiba-tiba menggigit bibir menahan sesak yang tiba-tiba melanda. Ayyash pasti sudah menyanggupi melakukan aksi bom bunuh diri, seperti dua saudaranya dahulu. Cuma itu alasan yang bisa diterima, kenapa pejuang yang selama ini terkesan tak peduli dan tak pernah memikirkan untuk menikah, tiba-tiba seolah tak sabar untuk segera menikah. “Saya ingin menghadap Allah, yang telah memberi begitu banyak kemuliaan pada diri dan keluarga saya, dalam keadaan sudah menyempurnakan separuh agama. Kalimat panjang lelaki itu, wajahnya yang menunduk, dan rahangnya yang terkatup rapat. Menunggu jawaban darinya. Ayesha merekam semua itu dalam ingatannya. Dua hari lalu, saat khitbah dilangsungkan. “Ya….”jawabannya memecah kesunyian. Ammah serta merta memeluknya dengan wajah berurai air mata. Bahagia berbaur kesedihan atas keputusan Ayesha. Membayangkan keponakannya yang selalu dibanggakan karena semangatnya yang tak pernah turun, akan menjalani pernikahan. Yang malangnya, bahkan lebih pendek dari umur jagung.

Berganti-ganti Ayesha melihat wajah ammah yang basah air mata, lalu senyum dari bibir Ayyash yang tak henti melantunkan hamdalah. Di depan Ayesha, Ayyash tampak begitu bahagia, karena tiga hari, sebelum tugas itu dilaksanakan, ia berhasil menemukan pengantinnya. Seorang bidadari dalam perjuangan yang ia hormati, dan kagumi kekuatan mental maupun fisiknya. Ya, Ayesha. Mereka masih bertatapan. Saling menyunggingkan senyum. Ayesha yang

Wajahnya masih sering bersemu dadu, tampak sangat cantik di mata Ayyash. Pengantinnya, bidadarinya…..kata-kata itu diulangnya berkali-kali dalam hati. Namun betapapun cantiknya Ayesha, Ayyash tak hendak melanggar janji yang ditekadkan jauh dalam sanubarinya. “Ayesha…..saya tak menginginkanmu, bukan karena saya tak menghormatimu.” Senyum Ayesha surut. Matanya yang gemintang menatap Ayyas tak berkedip, menunggu kelanjutan kalimat lelaki itu. Ini malam pertama mereka, dan setelah ini, tak akan ada malam-malam lain. Besok selepas waktu dhuha, lelaki itu akan menemukan penggal akhir hidupnya, menemui kekasih sejati. Allah Rabbul Izzati. Tak layakkah Ayesha memberikan yang terbaik baginya ?

Bagi ia yang akan menjelang syahid ? Pendar di mata Ayesha luluh. Ayyash mendongakkan dagunya, tangannya yang lain menggenggam jari-jari panjang Ayesha, seakan mengerti isi hati

istrinya.

“Saya mencintaimu, Ayesha. Dan saya meridhai semua yang telah dan akan Ayesha lakukan selama kebersamaan ini dan setelah saya pergi. Saya percaya dan berdoa, Allah akan memberimu seorang suami yang lebih baik, selepas kepergian saya.” Ayesha tersenyum. Menyembunyikan hatinya yang masih gemuruh. Seandainya ia bisa menceritakannya pada Ayyash. Tapi ia tak sanggup. “Tak apa. Saya mengerti.” Cuma itu yang bisa dikatakannya pada Ayyash. Suasana sekitar hening. Langit tanpa bulan tak mempengaruhi kebahagiaan di hati Ayyash. Bulan, baginya, malam ini telah menjelma pada kerelaan dan keikhlasan istrinya.

“Saya ingin, Ayesha bisa mendapatkan yang terbaik.” Lelaki itu melanjutkan kalimatnya. “Dan karenanya saya merasa wajib menjaga kehormatanmu. Kita bicara saja, ya ? Ceritakan sesuatu yang saya tak tahu, Ayesha.” Ayesha menatap mata Ayyash, lagi. Disana ia bisa melihat kegarangan dan keteduhan melebur satu. Sambil ia berpikir keras apa yang bisa ia ceritakan pada lelaki itu ? Tak lama dari bibir wanita itu meluncur cerita-cerita lucu tentang masa kecil mereka. Canda teman-teman mainnya, dan kegugupannya saat pertama berhadapan dengan Ayyash. Juga jari-jari tangannya yang berkeringat saat ia mencium tangan Ayyash pertama kali.

Betapa ia hampir terjatuh karena kram, akibat duduk terlalu lama, ketika mencoba bangun menyambut orang-orang yang datang menyalami mereka tadi pagi. Di antara senyum dan derai tawa suaminya, Ayesha masih berpikir tentang lelaki yang duduk di hadapannya. Sungguh, ia ingin membahagiakan Ayyash, dengan cara apapun. Melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Ayyash, membuat Ayesha tak habis pikir. Kenapa kebahagiaan orang lain, bisa membuatnya begitu bahagia ? Tapi inilah kebahagiaan itu, bisiknya sesaat setelah mereka menyelesaikan sholat malam dan tilawah bersama. Kali pertama dan terakhir. Kebahagiaan bukan pada umurnya, tapi pada esensi kata bahagia. Dan Ayesha belum pernah sebahagia itu sebelumnya.

Mereka masih belum bosan menatap satu sama lain, dan berpegangan tangan. Saat ia merebahkan diri di dada Ayash setelah sholat subuh, lelaki itu tak menolak.

“Biarkan saya berbakti padamu, Ayyash”

Ia ingat Ayyash menundukkan wajah dalam, seperti berpikir keras, sebelum kemudian mengangguk dan menerimanya. Beberapa jam lagi, Ayesha menghitung dalam hati. Kedua matanya memandangi wajah Ayyash yang pulas di depannya. Tinggal beberapa jam lagi, dan mereka akan tinggal kenangan. Dirinya dalam kenangan Ayyash, Ayyash dalam kenangan orang-orang sekitarnya. Ketika fajar mulai menampakkan diri, Ayesha yang telah rapi, kembali menatap Ayyash yang tertidur pulas, mencium kening dan tangan lelaki itu, sebelum meninggalkan rumah dengan langkah pelan.

***

Ia terbangun oleh gedoran di pintu. Pukul setengah tujuh pagi. Kerumunan di depan rumahnya. pagi pertama pernikahan mereka. Ada apa ? “Ayyash….istrimu, Ayesha.” Ada titik air meruah di wajah ammah Ayesha. Lalu suara-suara gemang berdengung. Saling meningkahi, semua seperti tak sabar menyampaikan berita itu padanya.

“Setengah jam yang lalu, Ayyash. Ledakan…Ayesha yang melakukannya…”

“Gudang peluru itu. Bunyi…bagaimana kau bisa tak mendengar ?”

Ayyash merasa tubuhnya mengejang. Istrinya…..Ayesha mendahuluinya ? Kepalan tangannya mengeras. Mengenang semua keceriaan dan kejenakaannya, serta upaya Ayesha membahagiakannya semalam. Jadi….Masya Allah !

Istrinya kini….benar-benar bidadari.

Pikiran itu menghapuskan rasa sedih yang sesaat tadi mencoba menguasai hatinya. meski senyum kehilangan belum lepas dari wajah lelaki itu, sewaktu ia undur diri, dari kerumunan di depan rumah.

Keramaian yang sama masih menantinya dengan sabar, ketika tak lama kemudian lelaki itu berkemas, lalu dengan ketenangan yang tak terusik, melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.

Waktunya tinggal sebentar. Tentara Israel pasti akan melakukan patroli kemari, sesegera mungkin, setelah apa yang dilakukan Ayesha. Ia harus segera pergi. Ayyash mempercepat langkahnya. teman-temannya sudah menunggu di dalam jip terbuka yang membawa mereka berempat.

Sepanjang jalan, tak ada kata-kata. semua melarutkan diri dalam zikir dan memutihkan niatan. Opearsi hari ini rencananya akan menghancurkan salah satu pusat militer Israel di daerah perbatasan. Memimpin paling depan, langkah Ayyash sedikitpun tak digelayuti keraguan, saat diam-diam mereka menyusup. Allah memberinya bidadari, dan tak lama lagi, ia akan menyusulnya.

Pikiran bahagianya bicara. Ayyash tersenyum, mengaktifkan alat peledak yang meliliti badannya. Ini, untuk perjuangan…

Sabtu, 12 Maret 2011

Pray For Them..


Assalamu'alaikum..


kaget..

kemaren ndenger di radio kalo jepang kena tsunami ples gempa..

bener- bener kayak di Aceh..

bedanya..

ini jepang..
mpe kena tokyo..

ya Allah..

semoga mereka di beri kesabaran..
saya nggak bisa bayangkan kalo ini terjadi pada keluarga saya..

yang bisa saya lakuakn sekarang ...

"semoga jepang bisa bangkit lagi"

amiin

eh katanya aoyama ghoso ditemukan meninggal??

iye kah??

Rabu, 02 Maret 2011

My Birthday and 'banjir'



Assalamu'alaikum..

dah lama banget aku nggak nge-blog. tanya kenapa?? ini dah bulan maret dan besok udah april padahal ujian itu bulan april.."mohon do'anya saya bisa lulus lah..
jadi sekarang...
sayah nggak akan bahas masalah ujian praktek ato try out apalah itu yang bikin kepala ini seakan mau meledak.. *oke oke sayah lebay

eh.. eh.. ni dah tanggal 2 maret belum ya..*liat tanggalan ma jam..
yeee
UDAH..
berarti aku Nambah umur dong..

eh.. Apa??

HAPPY BIRTHDAY
buat aku sendiri aja..

hahaha..

umur syah sudah 18
bentar lagi saya lulus
masuk kuliah
lulus
kerja
Nikah???

hahaha

biasanya banyak orang buat plan kedepannya dan sayah juga mau yaitu.....

....

....

....
APA YAH???

buat konsumsi aku aja deh*di timpuk pembaca

bukan..bukan nggak ada..
cuman sayah nggak mau sayah punya harapan trus sayah umbar2 gitu biar nanti

Allah yang bakalan ngasi jalan ke aku. kecapai ato ndak..

aku telah berusaha dan Harus semaksimal mungkin buat ngedapetin tuh cita-cita..
tul nggak???


dari tadi gw ngomong terus tapi kau tau nggak..

di depan rumah sayah masih banjiir padahal ini jam berapa?? berapa jam lagikah saya keluar untuk menuntut ilmu?? dalam keadaan masih banjir..??

iihhh nggak banget..


ya Allah..

hambamu yang hina ini mohon Engkau menyurutkan banjir ini dan Semoga engkau perkenankan saya LULUS..


Aminn

Selasa, 01 Februari 2011

Tentang Cita dan Harapan.




hei..hei..*pake mikrofonhttp://www.emocutez.com


Assalamu'alaikum..

pakabar neh?? lama nggak ngepost ya, mungkin udah berbulan-bulan kali.. kenapa??aku sedang gila-gilanya belajar buat Un taon ini..*moga aku lulus #AMINN

yup taun ini PMDK nggak diadain diganti ama Undangan Nasional yang syaratnya sih harus 50 % rangking kelas..
Tapi aku juga masih bingung jugak sih ama tuh info..
pengen sih ikut yang ini dengan pertimbangan2 yang nggak bisa aku sebutin.
tapii post kali ini nggak bakal bahas itu..

ada satu kisah *ceeile basa ku saat pelajaran Matimatika tadi yang bikin aku diam seribu bahasa *lebai gw pake basa kayak gini.. so here we go...

percakapan antara Aku, ma Laili..

Aku: " li.. bentar lagi kita nggak ketemu yo.. aku ning bogor dirimu ning solo"
laili: " Ho'o mbak.. "*sambil nyatet
Aku: " tapi li.. kok aku nggak yakin yo yek njipuk undangan kui.."*sambil mikir2
laili : " yo jangan pesimis gitu mbak..kita nggak tau apa yang Allah gariskan ke kita..*mulai serius
Aku : " iyoh sih.. tapi saingannya itu lho.. ..*nglepas bolpen hela nafas..
Laili : " mbak nur.. dirimu itu percaya Allah ndak sih? Allah itu tlah membuat sebuah garis takdir yang indah buat kita.. kenapa kita nggak pernah mensyukurinya?? mungkin mbak nur ndak pernah susah ya*nada menggurui
Aku : *diem..
Laili: " mbak tau ndak waktu kelas dua EsEmpE di rumahku nggak ada listrik lho..terus kalo aku belajar pake tintir.. pulang sekolah mepe debog buat di jual.. ndan bapakku mbak.. dia bilang kalo aku nggak bakalan bisa nglanjutin sekolah menengah.. tapi.. aku percaya ada Allah di sisiku mbak.. dan sekarang aku ketemu sama mbak..*serius
Aku : * cess salju di hatiku kayak mencair.. bener
*dalem hati pengen meluk laili.."thanks for everything...

ada pelajaran yang aku ambil dari dialog aku ma laili ..

#0 ALLAH penentu segalanya

#1 Aku Harus OPTIMIS buat ngrebut tu beasiswa..*kan pengen mumtaz..
#2 Jangan Harap Dunia nyata itu lembut.. kalo kita biasa manja bukan tak mungkin kita tersingkir dari dunia nyata secepatnya

#3 Jangan pernah berenti bercita- cita coz Cita- cita itu adalah Impian..Impian adalah Harapan yang sangat diharapkan buat terwujud dan yang terakhir

#4 Berdo'a sebelum melakukan apapun itu..

#5 bla..bla..bla


dan lain-lain..

beneran.. hanya karena sebuah percakapan ringan tapi bener bener menyentuh..

thanks to Nazilatullaili yang bikin semangat ku kembali..



Fight Nur!!! Ujian Makin dekat
Semoga saya Lulus dengan predikat baik #AMIIIIIN



see ya..

wassalamu'alaikum http://www.emocutez.com